Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Efek Samping Setelah Vaksin Covid-19 Seperti Apa?

Vaksinasi COVID-19 hingga saat ini masih terus berjalan di Indonesia dan seluruh dunia. Salah satu hal yang kerap disoroti dan menjadi pertanyaan dari banyak orang sebelum mendapat vaksinasi adalah terkait efek dari vaksinasi ini.

Terdapat sejumlah perbedaan yang mungkin muncul pada tiap-tiap orang terkait efek samping dari vaksinasi COVID-19 ini. Lalu mengapa hal ini bisa terjadi?

Dilansir dari Kementerian Kesehatan, secara umum efek samping dari vaksin yang muncul bisa beragam dan umumnya bersifat sementara dan ringan. Pada beberapa orang, efek samping ini bahkan tidak muncul.

Efek samping ringan yang sering muncul bisa berupa demam, nyeri otot, serta ruam pada bekas suntikan. Walau begitu, tidak menutup kemungkinan munculnya efek samping lain.

Efek samping lain yang mungkin muncul ini biasa disebut sebagai Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI). Kondisi ini digunakan untuk menyebut semua kejadian medik yang terjadi setelah imunisasi, menjadi perhatian dan diduga berhubungan dengan imunisasi berupa demam atau nyeri pada area suntikan.

Mengapa Sejumlah Orang Mengalami Efek Samping yang Berbeda?

Sejumlah orang mungkin tidak merasakan efek samping sama sekali dari vaksinasi. Namun beberapa orang bisa mengalami sejumlah efek samping yang berbeda. Hal ini bisa terjadi karena sejumlah faktor.

"Efek samping ini sangat berhubungan dengan usia," terang William Schaffner, MD, spesialis penyakit infeksi dan profesor dai Vanderbilt University School of Medicine, dilansir dari Health.

"Semakin tua, semakin rendah efek samping dari vaksin," sambungnya.

Dr. Schaffner menyebut bahwa alasan dari kondisi ini masih belum jelas. Namun dia memperkirakan bahwa hal ini mungkin disebabkan karena sistem imun dari orang muda yang bereaksi secara lebih kuat dan cepat terhadap vaksin.

Hal lain yang mungkin berpengaruh terhadap kondisi ini adalah karena cara kerja sistem kekebalan tubuh.

"Setiap sistem kekebalan tubuh seseorang memiliki cara kerja yang mempengaruhi respons mereka terhadap vaksin," terang Amesh A. Adalja, MD, dari Johns Hopkins Center for Health Security.

Walau begitu, hingga saat ini belum ada data yang benar-benar jelas mengapa seseorang mengalami reaksi yang lebih ekstrem terhadap vaksinasi dibanding orang lain.